Disclaimer : Ditulis dalam keadaan labil akibat kerasnya kehidupan di kota besar.
Tau Becky Bloomwood
kan? Gadis modis di London yang sangat fashionable, smart, cheerful, beautiful.
Only one her problem, she is a shopaholic!
Yup… gara2 keobsesif-kompulsif-an
dia yang berlebihan terhadap belanja, seringkali membuat dia terjebak dalam
masalah keuangan. Well., meskipun pada akhirnya happy ending juga sih. (like other usual Hollywood stories)
Well she is lucky.
But… I am NOT
… Evenmore.. I’m dead!
… Evenmore.. I’m dead!
Berada di tengah
kepungan huruf S.A.L.E seperti saat ini benar menggoda iman, apalagi kantor lokasinya di
atas salah satu dept store ternama di Sing. Setiap ke bawah buat lunch mau ga
mau ngeliat empat huruf itu terpampang besar2 di etalase gerai favorit. Saya sudah
mencoba pake kacamata kuda dan belagak ga denger kalo temen ngomongin sale
dionoh dan dimarih. Bukan apa2, soalnya saat ini memang saya sedang membatasi
diri berbelanja mengingat liburan di depan mata. Kalo ga, ntar liburan masa
nginyem doang di hotel???
I don’t want to end like Becky, trapped by debt. Membaca
Becky yang begitu mudahnya beli baju2 padahal sebenarnya dia udah punya 5 jenis
yang sama, sementara di satu sisi dia udah punya utang dimana2, itu bikin saya
ngeri sendiri ngebacanya. Saya takut dengan pemikiran berbelanja membabi buta
seperti itu. Mungkin saya cenderung moderate buyer ya, soalnya setiap saya
ngeliat ada baju atau sepatu lucu, saya berpikir sejuta kali untuk beli. Will I
need this? Bahannya bagus ga ya? Bisa dipake lama ga ya?
Yes.. I’m not a person who will go into latest fashion.
Saya beli baju karena nyaman dipakai
bukan karena model paling mutakhir. Lemari baju saya masih bisa berbagi sama
baju2 mas. Jadi kebayang kan sedikitnya baju2 saya. Makanya pernah saya ditegur
seorang teman yang liat foto2 di fb, karena baju saya seolah2 yang itu2 terus.
Hahaha!! ya mangap kalo saya lagi suka satu baju biasanya pake itu trus. Mungkin
itu salah satu tanda bahwa saya tipe cewek setia? *evilgrin*
Sayangnya hal tersebut berbeda ceritanya untuk sebuah tas. Buat
saya tas ga perlu mahal tapi harus bermerk. Yang bermerk belum tentu mahal kan? *ngeles*. Selera saya masih standar kok,
belum Bottega (meski ngiler liat warnanya tapi ko ya sayang duitnya). My passion for bag sama halnya kalo ke gerai
bagian anak… semuanya terlihat lucu dan jadi PENTING untuk dibeli.
I tot, I was still in
control.
..... But, I was wrong.
Honestly, 3 pairs kid's shoes in a month? 6 branded bags in
half year? Is it still normal?
Buat saya yang ga terlahir dengan memakai sepatu berlian, bekerja
dan menabung sesen dua sen untuk bisa membeli RD. Rasanya kok ada yang salah
ya? Something like… a guilty pleasure. Something that you enjoy so much, its
relaxing, but you feel guilty later.
Mungkin karena semua yang saya beli tanpa credit card (Dari
dulu saya ga pakai CC dan ga percaya dengan konsep menghutang. I don’t like owe
people’s money) tapi langsung debit dari
rekening, merupakan rem tersendiri buat saya. Nyesek soalnya kalau liat saldo hasil total
kerusakan yang terjadi.
My evil side said; you deserve this, its okay, you can earn more, your saving is still in safe amount.
but somehow, i couldn't agree. Cos i know, i should safe more, i should give more to others not only thinking about myself.
Well, I guess, people should now when it’s time to say
enough it’s enough. As long you already fulfill your basically needs and not in
a debt! Perhaps…perhaps it’s still tolerable if you spend little more money time
for this ‘guilty pleasure’. *pasang
kacamata kuda lagi*
aiahahahaha....gue juga baru aja ngepost soal belanja.
ReplyDeletegapapa belanja asal gak kelewatan sampe ngutang gak bisa bayar *sekalian nyari pembenaran*